Dari, Oleh, Untuk MWCNU RENGEL

Wikipedia

Hasil penelusuran

Language Choice

غينا غينكم غينهم

Kamis, 18 Oktober 2018

HTI, PKS Kuasai Kampus ? NU Mlempem

Dari hasil penelitian dan kajian kami, mengapa mengapa sekolah, perguruan tinggi, instansi pemerintah dan swasta banyak dikuasai HTI/PKS ? Begini kronologinya:


1) Diawali dari konflik Timur Tengah dimana muslim selalu kalah baik dipukul mundur oleh Barat yang non muslim atau politik devide et impera antar umat Islam yg ujung2nya muslim lemah dgn sendirinya, dan kalah. Hal itu menyebabkan timbulnya semangat keberagamaan muslim khususnya di Indonesia, dan meningkat drastis (untuk tdk menyebutnya fanatik). Semangat keberagamaan tsb dikejawantahkan melalui meningkatnya frekuensi kajian2 keislaman, pendirian majlis taklim dan ramainya ritual sholat khususnya saat jum’atan. Dari sini, mungkin tidak ada yang “salah”.

2) “Kesalahan” timbul saat proses pencarian ustadz yang mengisi tausiyah/ceramah ataupun khutbah. Yang mana mereka (pengurus majlis taklim, panitia keagamaan, dll) kesulitan mencari pengisi tausiyah maupun khotib jum’at. Mereka kesulitan mencari ustadz/kiai yang akan ceramah/khutbah yang berasal dari NU (Islam moderat). Toh misalnya ada yang ustadz NU, metode ceramahnya masih kolot sehingga tidak menarik, mereka bosan dan ke depannya tdk diundang lagi. Disamping itu jika pengurusnya didominasi dari kalangan HTI/PKS maka penceramah/pentausiyah yang diundang juga dapat dipastikan berasal dari kelompok mereka (ustadz HTI, ustadz PKS, dll). Sehingga jaringan mereka itu tertata rapi. Jadi mengapa pengurus kok memilih ustadz HTI/PKS? (Unt kasus di perguruan tinggi) Ya karena pengurus/pegawai instansi negeri/swasta adalah hasil didikannya kelompok mereka, saat di kampusnya dulu. Sehingga “estafet” mereka dari saat kuliahnya dulu sampai menjadi pegawai negeri/perusahaan swasta tetap terjalin.

3) Sehingga solusinya adalah:
-) Unt mengisi kekurangan “tukang” tausiyah/khotbah maka NU harus mengkondisikan dari ustadz/kiai NU. NU setempat (dari PB sampai PR) perlu membuat “data base” ustadz2/kiai yg siap diundang japan dan dimanapun untuk mengisi tausiyah di kampus, instansi pemerintah/swasta. Jadi jika umat ingin “tenaga” tausiyah, khotib jumat,  NU siap menerjunkan ustadz/kiainya. Jika ini lalai maka akan diserobot dan dikelola oleh HTI/PKS.

-) Ustadz/penceramah NU perlu dibekali wawasan yg luas, dari wawasan lokal, regional, nasional sampai global. Tahu kejadian apa yg terjadi di belahan dunia sana. Jadi tdk “fikih ansich”, tidak kolot, sehingga perlu ustadz/pentausiyah/penceramah NU yg progresif, tahu perkembangan uptodate sehingga audien terdidik dari sekolah, kampus, pegawai/karyawan jadi tdk bosan.

-) Pengurus NU baik PB, PW, PC, MWC, PR, PAR, lembaga, banom perlu “merawat” kaum awam agama (walau advance, terdidik yg non ilmu agama) dibidang ilmu umum. Krn saat ini warga nahdliyin yg ada di sekolahan, kampus, instansi pemerintah/swasta *bagai ayam kehilangan induk* shg mereka dirawat kelompok HTI/PKS/Wahabi. NU seyogyanya tdk hanya mengurusi alumni pesantren saja tapi juga alumni sekolahan/perguruan tinggi umum. Contoh mudahnya: guru/dosen dari HTI/PKS sangat mudah mendapat biasiswa krn beasiswa tsb dari seniornya yg sudah punya kedudukan penting dan kekuatan finansial. Namun guru/dosen NU hanya gigit jari, boro2 nunggu uluran tangan dari senior nahdliyin yg punya kedudukan penting, ngimpi iya.

-) Jadi intinya ada kekurang pedulian NU thd warganya yg dari alumni sekolahan/perguruan tinggi, dan pada saat yg bersamaan kelompok HTI/PKS/Wahabi lagi gencar2nya cari pengikut sehingga kaum awam agama non afiliasi bahkan warga NU mengambang (floating nahdliyin) terikut arus kelompok sebelah. Sehingga NU kehilangan berlian calon intelektual.
Semoga pengurus NU, cendekiawan NU, intelektual NU dan pegiat NU sadar akan hal itu.

Sumber Sekunder : Group WA MWCNU RENGEL

Sumber Pri

0 Comments:

Posting Komentar