Oleh: Ach Dhofir Zuhry*
Insiden pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh oknum Banser di Garut-Jawa Barat bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) sontak menjadi isu nasional, terutama di jagat maya.
Terang betul, karena Presiden RI yang meresmikan HSN tiga tahun silam, ia juga sering bersilaturrahmi
Adakah ini murni peristiwa pembakaran atau ada meta-peristiwa dan intrik politik yang beraroma provokasi dengan bumbu-bumbu membenturkan Santri, Banser, NU, Kepolisian dan ormas-ormas lainnya? Siapa tukang kompor dan tukang kipas di balik ini semua? Sekalian kita tunggu tukang sabun dari peristiwa ini. Tiga jenis "tukang" yang saya sebutkan di atas jumlahnya kian masif belakangan ini.
"Kalimat tauhid sengaja dibakar Banser! NU harus bertanggung jawab! Ini penistaan agama dan pelecehan terhadap 1,8 milyar umat Islam! Polisi harus segera mengusut! Negara tidak boleh memihak! Bubarkan Banser, bekukan NU!", lebih-kurang teriakan-teriak
Namun demikian, benarkah Banser membakar kalimat tauhid? Bisakah manusia merendahkan Tuhan yang Mahatinggi? Bisakah manusia meludahi langit? Sama sekali tidak, Banser tidak membakar kalimat tauhid, yang dibakar adalah bendera organisasi terlarang yang menolak Pancasila dan merongrong kedaulatan Negara.
Sama halnya jika Anda membakar bendera PKI, apakah itu berarti Anda membakar palu, arit, semangat pertanian dan perkebunan, semangat marhaenisme dan sosialisme? Saya kira, nyaris setiap muslim pernah membakar Al-Qur-an, terutama yang sudah lapuk dan bolong-bolong, hal ini justru untuk memuliakan Kitab Suci, agar tidak terinjak-injak dan tergeletak di sembarang tempat. Bukankah seluruh Hadits Nabi pernah dibakar Khalifah Umar ra lantaran beliau pernah mendengar sabda Nabi, "jangan kalian tulis apapun dariku kecuali Al-Qur'an". Ini jelas bahwa sayyidina Umar tidak membakar Hadits, malah menggagungkanny
HTI dan tempurung-tempu
HTI itu bukan agama, ia tak berhak mengatasnamakan
Mereka, para tempurung jahat itu sengaja dan memang cari makan di sana, untuk terus membenturkan NU dengan Negara, dengan ormas lain, bahkan dengan sesama Nahdliyyin dengan terus menebar kebencian dan fitnah. HTI memang bubar, tapi para penunggang dan pemegang remotenya akan tetap ada, ia akan tetap dipoles, diplintir dan dijual dengan isu-isu SARA.
Hingga saat ini, para ahli (filsafat) komunikasi sependapat bahwa penggunaan emosi dan kebencian memang sangat mudah menyulut provokasi, pertengkaran, dan akhirnya bisa menimbulkan malapetaka (inter)nasional
Tokoh propaganda komunis dari Rusia bernama Anatoly Lunacharsky (1875-1933 M), seorang revolusioner Marxis dan komandan Rakyat Soviet Bolshevik pertama, mengatakan, “Singkirkan sejauh mungkin kata-kata penuh kasih, gunakan kebencian. Hanya dengan kebencian, kita menguasai dunia!”
Rupanya metode yang digunakan dalam agitasi komunisme itu belakangan digalakkan kembali oleh tempurung-tempu
_______
*Penulis adalah Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Kepanjen, pendiri Sekolah Tinggi Filsafat Al-Farabi Malang. Buku terbarunya: PERADABAN SARUNG (Veni, Vidi, Santri) dan KONDOM GERGAJI.
0 Comments:
Posting Komentar