Dari, Oleh, Untuk MWCNU RENGEL

Wikipedia

Hasil penelusuran

Language Choice

غينا غينكم غينهم

Kamis, 03 September 2020

*Semakin Tumbuhnya Kesadaran Untuk Berbagi*

 Ahmad Damanhury hari ini menulis dalam fb-nya :


Refleksi Muharram (1)


الحد لله على توالي النعماء، الذي عظم شهر المحرم وفيه يوم يسمى بعاشوراء، والصلاة والسلام على سيد الأنبياء وامام الأتقياء، محمد صلى الله عليه وسلم ابي اليتامى والفقراء، وعلى آله وصحبه والتابعين لهم في السراء والضراء.


Ketika ibu-ibu muda yang tergabung dalam Ranting Fatayat NU Desa Banjararum  mengadakan santunan yatim piatu bulan Muharram 1442 H ini, banyak menarik ibu-ibu lainnya untuk berpartisipasi. Berbagai kelompok jamaah putri maupun secara perorangan tergerak untuk mengulurkan tangan. Ada yang  menyumbang lewat panitia, banyak juga yang yang membawa amplop sendiri berisi sejumlah uang  untuk yatim se-desa yang akan disantuni. Kali ini tercatat  20 anak yatim, yatim piatu,  maupun piatu saja. Mereka  dibatasi maksimal kelas 6 SD/MI yang akan mendapatkan berkah di hari Asyura'. 


Catatan 1 : Di Banjararum ada juga santunan Ranting Muslimat NU setiap bulan Ramadlan, ada santunan Upzis NU Desa secara rutin tahunan namun waktunya tidak pasti, disamping yang diadakan oleh kelompok lainnya seperti  majlis ta'lim, pemerintahan desa, para pengusaha dan  aghniya'.


Pembagian santunan kemarin dibarengkan dengan kegiatan pengajian selapanan ibu-ibu yang tempatnya bergiliran. Selapanan kali ini di Masjid Raudlatul Abror dusun Boro, masjid baru yang sedang meneruskan pembangunan lantai 2 dengan kubah megah  senilai  600-an juta.

 

Catatan 2 : Sementara ini hampir 2 milyar rupiah  dana  swadaya masyarakat yang telah terserap untuk masjid yang berlokasi strategis,  di "Ngider", sebuah tempat perbatasan bagian timur  Banjararum dengan bagian barat Prambon Wetan 


Betapa cerahnya wajah anak- anak  sore itu. Setelah santunan  diserahkan oleh pengurus fatayat, silih berganti ibu-ibu lainnya ikut berbagi kebahagiaan. Usai pembagian, anak-anak segera menghitung yang didapatkannya. Mereka dengan antusias menghitung,  semua memperoleh  35 (tigapuluh lima) angpao ditambah 1 bingkis sembako. Jumlah ini setiap tahunnya bertambah. Saking girangnya ada yang langsung menghitung.  Perolehannya cukup besar 1.170.000; ~satu juta seratus tujuh puluh ribu rupiah + 100.000  rupiah nilai sembakonya. Jumlah ini belum termasuk santunan dari MI Miftahul Ulum Banjarum, dari Komunitas Online Banjararum, dari Ponpes Al Hadi Banjararum dan PAC Muslimat Rengel yang besarannya variatif, dari 100 ribu  hingga 250 ribu. Mungkin ada dari dermawan lainnya yang tidak terdata.


Jadi tidak kurang 2 juta rupiah diperoleh oleh masing-masing yatim, tanpa pajak dan tanpa biaya administrasi tentunya ....he 😁😁


Saat anak-anak menerima santunan, Bu Ika, salah seorang anggota banom NU  Banjararum ini nyeletuk : "Wah enaknya, aku dulu  pernah jadi yatim, gak ada santunan-santunan seperti ini.  Mau beli permen saja gak punya uang". Memang benar apa yang dikatakan ibu ini. Waktu dia menjadi yatim, sekitar ahir tahun 80-an atau awal 90-an, adalah saat ekonomi desa saya -sama dengan yang dialami desa-desa lain- masih sulit, taraf penghasilan masyarakat  rendah. Warga desa paling-paling hanya membagikan bubur suro. Jangankan untuk berbagi, untuk makan keluarga saja masih kurang-kurang. Wadah berkumpul dan berkegiatan  sosial- keagamaan ibu-ibu seperti muslimat, fatayat juga mengalami kevakuman karena represi orde baru.


Jauh keadaannya dengan saat ini. Sebulan yang lalu, saat idul adha, qurban dari warga Desa Banjararum tercatat ada 11 ekor sapi dan 69 ekor kambing -saat Mbah Yai Tajab dulu, tahun 30-an s/d 60-an- se-desa kadang hanya ada qurban 1, 2 atau 3 ekor kambing, kadang nihil tidak ada. Saat ini pembangunan fisik 2 masjid  berjalan terus, pembangunan 1 ponpes dan 1 madrasah ibtidaiyah terbilang lancar. Tak terhitung pembangunan musholla dan tpq. Koin NU (gerakan infaq yang digunakan untuk layanan sosial warga kurang mampu, dana dari warga untuk warga) setiap bulannya dari Upzis Desa Banjararum mencapai kisaran 5-6 juta juga berjalan dengan baik.  Infaq untuk Kantor Terpadu NU Rengel selama lebih dari satu setengah tahun dari warga desa ini juga rutin terisi.


Semoga tumbuhnya kesadaran untuk berbagi ini akan terus terjaga dan tumbuh pula kesadaran-kesadaran lainnya seperti *kesadaran untuk menjaga aqidah aswaja, kesadaran untuk semakin menjalankan dan membumikan syariat, kesadaran untuk tholabul ilmi atau ngaji, kesadaran akan pentingnya taraf pendidikan,  kesadaran akan kebersihan dan penataan lingkungan, kesadaran untuk konservasi sumber alam, kesadaran untuk selalu bermusyawarah dari lingkup terbawah,  kesadaran untuk harmoni dengan  lingkungan, dan kesadaran akan pentingnya berorganisasi dan berjam'iyyah secara lebih nidzom/sistematis*.


Semoga putra-putra desa Banjararum baik yang berdomisili di dalam maupun di luar ikut _handarbeni_ dan terpanggil untuk memajukan dan memberdayakan desa ini. Sekecil apapun kiprah anda sangat berarti bagi kami semua. Bukankah ada pepatah "hubbul wathon minal iimaan- cinta tanah air, cinta kampung kelahiran termasuk bagian dari iman".(ahda)


Banjararum, 3 September 2020.


Sumber :

http://www.facebook.com/story.php?story_fbid=891347528056591&id=100015440556938&scmts=scwspsdd&extid=KALPGbD0tdqYsPSj

0 Comments:

Posting Komentar