Menata Semangat Ber-NU dari Bawah

Oleh : Ahmad Damanhuri/Khodim NU di Rengel

Ket. Gambar :


1. Sambutan Bupati Tuban saat peletakan batu pertama pembangunan Kantor NU Rengel, 4 Maret 2018.
2. Suasana Musyawarah/Konferensi tingkat Ranting di salah satu ranting NU di Turen - Malang.

Kekuatan riil NU sebenarnya ada di bawah, di dua kaki yaitu ranting (anak ranting) dan mwc. Ketika yang di kaki ini kuat, solid dan banyak memberi manfaat untuk ummat, maka secara otomatis yang di atas ikut kuat. Tidak bisa di balik, karena bila atas yang kuat, yang di bawah belum tentu ikut kuat. Di sinilah arti pentingnya pengurus di tingkat bawah baik ranting/anak ranting dan mwc. Kita berharap banyak dari mereka untuk terus bergerak dalam hidmah nahdliyah dengan senantiasa menata diri, me _nidzam_ kan organisasi dan selalu berkonsolidasi agar semua kegiatan dan program bisa berjalan dengan sebaik-baiknya.

Kekuatan dan kemajuan NU dan warganya ada di pundak pengurus ranting/anak ranting sebagai kaki yang pertama dan utama. Pengurus ranting inilah yang sebenarnya _ngopeni_ ummat dan terus menerus, tidak hanya musiman. Terjun langsung dalam segala aktifitas masyarakat dan berhadapan dengan semua macam warga, tidak duduk manis di atas kursi, di balik meja kerja dan menyampaikan teori semata.

Terbayang betapa senangnya Hadratussyaikh Mbah Kyai Hasyim, dan para auliya muassis melihat orang-orang yang terpilih menjadi pengurus NU di baeah selalu turun langsung _ngopeni_, membina, mengayomi, mendidik dan memberdayakan ummat di tingkatan akar rumput yaitu umat yang ada di desa, di kampung, dan di lingkungan sendiri. Terus mengawal agar warga yang mayoritas ini tetap terjaga iman dan akidahnya, absah ibadahnya, mulia perilakunya, terpuji amaliyah kemasyarakatannya dan sejahtera kehidupannya. Pengurus NU wajib _kober_ menjadi perekat semua potensi keagamaan, keummatan, ekonomi, politik, sosial dan budaya untuk diajak bersama-sama menata ummat.

Pengurus ranting dan MWC haruslah luwes dan piawai dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan para tokoh agama seperti para kyai, guru ngaji, imam jamaah, imam tahlil, guru-guru yang berkhidmah di lembaga pendidikan yang berorientasi NU, pengurus yayasan, takmir masjid-musholla, kaum cerdik pandai. Pengurus ranting dan MWC juga harus pintar membawakan diri dalam menjalin hubungan hubungan dan merajut ta'awun dengan para tokoh masyarakat seperti kepala desa serta perangkatnya, orang-orang berpengaruh dan terpandang, kalangan terpelajar, berpendidikan dan berpengalaman juga dengan kelompok ekonomi menengah - atas, disamping handal _ngemong_ warga biasa. Pengurus NU mempunyai tugas berat untuk meyakinkan segenap lapisan warga bahwasanya ber-NU adalah sarana untuk memperjuangkan agama Allah swt secara nidzam (tertib-teratur dalam wadah jam'iyyah). Menjam'iyyahkanjamaah agar bisa lebih berdaya dan efektif dalam menggapai tujuan bersama, dengan bimbingan, arahan dan naungan para ulama amilin, muhlisin yang layak menyandang titel waratsatul anbiya.

Pengurus ranting harus bisa gendeli 4 pilar dunia di tingkat _grassroot_ yaitu ulama, penguasa, orang-orang berharta dan warga biasa. Gendeli untuk mencapai cita-cita mulia secara bersama , _li i'laai kalimaatillah_ , meluhurkan agama demi mendapat ridla Allah Sang Pencipta. Tidak _gendeli_ untuk tujuan sesaat dan untuk kepentingan kelompok maupun golongan.

Kaki kedua adalalah pengurus MWC. Pengurus NU di tingkat kecamatan ini diharapkan bisa mengakomodir, memfasilitasi, menstimulisasi dan mensinergikan geliat, gerakan, aktifitas dan semangat pengurus ranting serta warganya.

Banjararum, 19 Pebruari 2021

18 Maret pukul 15.49
Publik