Dari, Oleh, Untuk MWCNU RENGEL

Wikipedia

Hasil penelusuran

Language Choice

غينا غينكم غينهم

Jumat, 28 Januari 2022

Kisah Mbah Ki Sapar dan Mbah Nyi Sapar Asal Diwek Lereng Gunung Merbabu Magelang Hidup Sebagai ISLAAM Minoritas


Hartabuta :

Jum'ah, 29-1-2022.


Namanya Mbah Sapar.  Usianya 80 tahun. Rambutnya sudah memutih. Beberapa giginya terlihat ompong. Mbah Sapar dan istrinya, yaitu Mbah Karti adalah warga muslim asli di Dusun Diwak. Hanya mereka berdua yang asli muslim. Hanya keluarga mereka atau 1 KK muslim saja yang ada di Dusun Diwak. 

Sedangkan muslim lainnya, yaitu mas Puan, keluarganya sudah murtad semua. Hanya dia seorang dalam keluarganya yang muslim. Jadi Kartu Keluarganya di kolom agama terdapat dua agama.


Saat itu Tim Mualaf Center Kab Semarang bersilaturahim ke rumah Mbah Sapar. Kami mencoba menyapa warga muslim disana yang cuma ada 3 orang. Berbicara dari hati ke hati tentang perasaan mereka. 


Kami mendengarkan sepenuh hati kisah dari Mbah Sapar. Meskipun minoritas, tapi Mbah Sapar rajin mengaji, bahkan hingga Magelang. Dengan menggunakan motor Astrea Grand keluaran tahun 80-an, Mbah Sapar beserta istrinya mendatangi majelis taklim. 


Mereka berdua menembus gelapnya malam dan dinginnya udara Gunung Merbabu demi bertemu dengan saudara seimannya. Demi menuntut ilmu, agar keimanan mereka semakin kokoh.


Sungguh, kami melihat ketulusan dan keteguhan prinsip dalam diri Mbah Sapar. Beberapa kali dia ditawari berpindah agama. Diiming-imingi harta benda jika mau melepaskan keyakinannya. Pernah ditawari sapi, motor, uang asal mau berpindah agama.  Tapi tawaran itu ditolak semua. Mbah Sapar kokoh bagai batu karang di lautan. Tak mau menukar keyakinannya demi secuil kenikmatan duniawi.


Mbah Sapar dan Mbah Karti bukanlah orang kaya. Mereka hidup sederhana hingga masa tuanya. Bahkan saat ini memilhara 2 ekor anak sapi milik non Muslim. Kelak jika sapi itu beranak, maka anakan sapi akan menjadi miliknya. Setiap hari Mbah Sapar mencari rumput untuk kedua anak sapi tersebut.


Mbah Sapar adalah potret teladan muslim di lereng Merbabu. Tetap gigih memeluk Islam meskipun kondisi papa dan di lingkungan minoritas. Komposisi warga muslim di desanya hanya ada 1%. Sebuah jumlah yang sangat sedikit.


Semoga Mbah Sapar dan Mbah Karti selalu istiqomah hingga akhir hayat, aamiin 🙏❤️ 


[Widi Astuti] 


Jangan bertanya sudah berapa banyak misionaris yang datang ke desa tersebut, disisi lain malah disibukkan debat perkara khilafiyyah yang tiada titik ujungnya. 


Allahul musta'an.

Sumber Primer :

???

Sumber Non Primer :

WA Group Warga NU Rengel. 


[SUHU PSPB RONGGOLAWEZ21]:




SE-IIMAAN apa harus masuk dalam ASWAJA Versi NU ... ? Ataukah ASWAJA Versi (MUHAMMADIYYAH,  PERSIS, AL IRSYAAD ... ?). Kita gak bisa apriori bin gebyah uyah bin antem kromo bin samaratakan. Mau masuk ASWAJA (NU, MUHAMMADIYYAH, PERSIS, AL IRSYAAD) itu merupakan Pilihan & Garis Taqdiirnya. Pertanyaannya, bisa saling memahami persamaannya & perbedaannya apa tidak ataukah justeru saling (sindir, hina, bully, hantam & hancurkan)? Bilamana mampu memahaminya tentulah akan mampu saling (memahami, menghargai & menghormati) dalam aneka pernak-pernik perbedaan yg sesungguhnya masih banyak persamaannya. Hanya saja bagi KITA yg sudah berada di *Barisan ASWAJA NU/ASWAJA AN NAHDLIYYAH, ya marilah rapatkan barisan, tampil (elegan, profesional, terhormat) sesuai Tuntunan Achlaaqul Kariimah yg diajarkan & dicontohkan oleh Nabii Muhammad S'AW, 4 Sahabat Utama Beliau, Para 'Aalim 'Ulamaa" Dalam Barisan 4 Madzhab Besar ISLAAM, Para Penyebar ISLAAM di Nusantara terutama WALI SONGO AL AZMATKHAN AL HUSAINII. Semoga jadi NU Tulen* 👳‍♂️🙏


و الحمد لله رب العالمين 

صلى الله على محمد 

0 Comments:

Posting Komentar