Dari, Oleh, Untuk MWCNU RENGEL

Wikipedia

Hasil penelusuran

Language Choice

غينا غينكم غينهم

Selasa, 14 Juli 2020

*NU dan Tantangan Mengkelola Generasi Milenial*

Reposting sebuah tulisan yang patut bagi kita sebagai pengelola NU untuk merenungkannya.


*NU dan Tantangan Mengelola Generasi Milenial*

Oleh : Addin Jauharudin

Jum'at, 6 September 2019

Dalam Theoritical Review, Teori Perbedaan Generasi oleh Yanuar Surya Putra (2016) terdapat 6 generasi yang hidup berdampingan berurutan yaitu: Generasi Veteran (kelahiran tahun 1925  1946), Generasi Baby Boomers (kelahiran tahun 1946-1960), Generasi X (kelahiran tahun 1961-1980), Generasi Y atau Generasi Milenial (kelahiran tahun 1981-1994), Generasi Z (kelahiran tahun 1995-2010), dan paling muda adalah generasi Alpha (kelahiran tahun 2011-sekarang).

Masing-masing generasi membawa warna dan karakteristik sendiri, Generasi Baby Boomers memiliki karkateristik yang cenderung hidup mandiri dan sangat menghargai adat istiadat juga tidak suka menerima kritik. Generasi X lebih memiliki pemikiran yang sedikit lebih maju dan suka mengambil resiko dan lebih terbuka menerima kritik.

Generasi Y atau Generasi Milenial adalah generasi yang terlahir pada awal era globalisasi dimulai sehingga banyak perubahan yang terjadi di era ini sehingga orangorang di generasi ini memiliki karakteristik yang lebih kompleks antara lain melek teknologi, memiliki banyak ide yang cemerlah dan visioner, generasi ini lebih seimbang selain menyukai pekerjaan kantoran pada generasi ini juga mulai banyak yang memiliki jiwa entrepreneur. Generasi Z memiliki karakteristik yang lebih bebas, suka dengan gadget, fashion, travelling, sangat aktif di media sosial sehingga jika dihadapkan dengan pekerjaan yang menghasilkan uang generasi ini lebih mudah mendapatkan uang dengan fasilitas media social yang sudah mereka kenal dari usia dini dengan mengandalkan kreatifiasnya masing – masing. Generasi Alpha belum dapat di definisikan namun di generasi ini akan terasa semakin tipis batas – batas antar negara karena sejak kecil generasi ini telah mengalami perkembangan teknologi yang seakan tidak ada sekat antar pulau, benua dan negara.

Dari Buku Profil Generasi Milenial yang diterbitkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa sebaran per generasi adalah sebagai berikut: Generasi Veteran + baby boomers adalah sebesar 11,27% dari jumlah penduduk, Generasi X adalah sebesar 25,74% dari jumlah penduduk, Generasi Y atau Generasi Milenial adalah sebesar 33, 75% dan Generasi Z + Aplha sebesar 29,23%.

*Bagaimana dengan NU?*

NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dalam usinya menjelang satu abad tepat pada tahun 2026, di tantang untuk mampu mengelola potensi besar generasi milenial maupun generasi Z dan Alpha. Tantangan ini menjadi nyata, satu sisi sebaran anak anak muda NU di berbagai organisasi, profesi dan komunitas semakin besar jumlahnya, tetapi juga semakin beragam karakternya. NU yang memang dari lahir dan berkembang telah menempatkan diri sebagai penjaga NKRI dan pengembang Islam Ahlussunnah wal jama’ah dihadapkan pada kondisi tantangan yang semakin berat dan kompleks; tantangan ideologi, tantangan mewujudkan kesejahteraan bagi warga NU, tantangan keutuhan organisasi, dan tantangan mengelola bakat anak anak muda NU yang semakin beragam.

Khusus untuk tantangan dalam mengelola talenta talenta anak muda NU perlu di perhatikan beberapa hal.
Pertama, diperlukan upaya upaya serius dalam meredefinisi dan mereformulasi semangat berdirinya organisasi Nahlatut Tujar (1918) untuk menjadi kekuatan ekonomi digital anak anak muda NU. Dari mulai mengelola big data, data analytics hingga menjadi data science. Nahdlatut Tujjar harus menjadi spirit dari ekosistem digital anak anak muda NU, mulai dari memikirkan tentang pentingnya integrasi digital para pelaku UMKM anak anak muda NU, lalu inisiasi, inovasi, coaching dan inkubasi para pelaku star up anak anak muda NU, sampai pada kemampuan untuk berkolaborasi dengan market global. Kata kuncinya adalah memberikan kesadaran kepada anak anak muda NU tentang pentingnya transformasi digital sebagai kunci memenangkan pertarungan global. Semua perencanaan Sumber Daya Manusia NU ini adalah bagian dari startegi mengelola talent pool para wirausahawan muda NU sekaligus sebagai persiapan dalam menghadapi global talent war.

Kedua, meredefinisi dan mereformulasi semangat berdirinya organisasi Nahdlatul Wathon (1916). Bahwa Nahdlatul Wathon didirikan oleh Mbah Wahab (KH. Wahab Chasbullah) untuk membangun lembaga pendidikan berwawasan kebangsaan. Saat ini, NU dihadapkan pada dua hal ;

1). menjamurnya lembaga pendidikan Islam bentukan kelompok kelompok Wahabi ; dari mulai pondok pesantren, madrasah, kampus bahkan menjamurnya sekolah pendidikan dasar dan menengah. Tentu ini sebagai ancaman dalam jangka panjang. Lalu apa yang akan kita lakukan? Modernisasi lembaga lembaga pendidikan menjadi kata kunci. Dari mulai perbaikan fasilitas belajar mengajar, pengembangan kemampuan para pendidik dan tenaga kependidikan, sampai pada core competence para anak didik. Semangat mengikuti kompetisi internasional harus terus di galakkan dan digerakkan. Metodologi pengajaran, membangun kolaborasi dengan berbagai lembaga dalam dan luar negeri menjadi kunci memperbaki diri dan memenangkan kompetisi.

2). NU dihadapkan pada digitaliasi dunia pendidikan, dari mulai maraknya belajar online, digitalisasi yang menintegrasikan antara murid, guru, orangtua dengan peralatan teknologi membuat Susana kebaruan dalam model pendidikan di Indonesia, seperti ruang guru, hallo guru, dan berbagai model bimbel online. Dalam hal ini, diperlukan coaching dan inkubasi anak anak muda NU untuk mengembangkan model digitalisasi di dunia pendidikan. Tentu saja, dari semua aspek yang dikembangkan ini, tidak semata mata soal kompetensi, melainkan pendidikan agama dan pengajaran ahlak adalah hal utama dalam system pendidikan NU. Ini semua adalah bagian dari perencanaan Talent Pool Management SDM terdidik NU.

Ketiga, meredefinisi dan reformulasi semangat organisasi Taswirul afkar (1919). Organisasi ini didirikan untuk mengelola berbagai diskursus pemikiran anak anak muda NU. Semangatnya adalah untuk menumbuhkn pemikir pemikir kebangsaaan NU, yang cinta dengan NU, agama dan mampu menjaga keutuhan bangsa ini. Taswirul Afkar ini bisa dikembangkan menjadi “innovation roomnya” anak anak muda NU, yang mampu menjadi tempat yang nyaman, asik dan menggairahkan untuk berdiskusi tentang hal hal baru, srategi strategi baru yang bersifat out of the box, sampai pada fasilitasi langkah langkah nyata. Perlu terus dilakukan dalam menghimpun dan mengelola anak anak muda NU yang tersebar dan berserakan, terutama yang selama ini belum terjamah oleh organisasi. Transformasi trilogi NU (Nahdlatut Tujjar, Nahdlatul Wathon dan Taswirul AFkar) ini bisa menjadi kekuatan NU ke depan, terutama dalam menyongsong satu abad NU. Kita semua ingin melihat anak-anak muda NU menjadi innovation leader dalam berbagai karya karya produktif. Menjadi pemimpin agama, bangsa dan Negara.

Penulis Adalah Ketua Umum PB PMII 2011-2014, Sekretaris Jenderal DPP KNPI 2018-2021.

0 Comments:

Posting Komentar